MAKALAH PSIKOLOGI
GANGGUAN HISTRIONIK
DOSEN : EVI NI’MATUS ZAKIYAH
Di Susun Oleh :
D/KM/III
Kelompok 4
Nur Setiawati
Yuni Titi Sulistyowati
Ajeng Dian Silviani
Puji Nur Aziz
Achmad Ganang Y
KONSENTRASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dalam
istilah awam, kepribadian sering disamakanatau digunakan secara
bergantian dengan istilah watak atau karakter dan tempramen, padahal
masing-masing berbeda. Watak adalah aspek sosial dari kepribadian manusia,
sedangkan tempramen adalah aspek badaniah dari kepribadian. Masin-masing
hanyalah salah satu aspek kepribadian, disamping aspek-aspek yang lain
vitalitas, hasrat, perasaan, kehendak bakat, intelegensi, dan yang lainnya.
Pada umumnya seseorang terganggu kepribadiannya apabila satu atau lebih
kepribadiannya telah menjadi sedemikian rupa sehingga merugikan dirinya atau
lingkungannya.
Gangguan
kepribadian adalah suetu proses perkembangan yang timbul pada mas anak-anak,
remaja, dan berlanjut pada mas dewasa. Keadaan ini merupaka pola prilaku yang
tertanam dalam dan berlangsung lama, muncul sebagai respon yang kaku terhadap
tantangan situasi pribadi dan sosial yang luas.
Histrionik merupakan gejala
kejiwaan. Menurut psikolog, orang dengan kepribadian histrionik akan berupaya
menarik simpati dari lingkungan sekitarnya untuk memahami dan mengerti akan
dirinya dengan berbagai cara. Cara yang dilakukan biasanya bersifat
memanipulasi lingkungan sebanyak-banyaknya sehingga berkesan seperti
sesungguhnya terjadi.
Seringkali, pengidap histrionik ini
mengeluhkan kelemahan-kelemahannya demi mendapatkan perhatian dan “excuse” dari
orang lain. Dengan cara seperti ini maka orang dengan kepribadian histrionik
akan mendapatkan kenyamanan dan kepuasan diri. Mengemukakan keluhan penyakit
merupakan cara paling ampuh dan mudah ditempuh agar orang lain memberikan
“excuse” dan permakluman bahkan bisa turut bersimpati. Akhirnya, orang seperti
ini mampu melepaskan tanggung jawabnya sebagaimana yang sering dilakukan orang
“elit” yang tengah menerima tuntutan hukum. Orang “elit” ini pertama-tama
langsung menyatakan keluhan sakit tertentu sehingga perlu “istirahat” dulu di
rumah sakit bila perlu rumah sakit luar negeri. Atau, pergi umroh. Cara ini
mujarab karena psikososial masyarakat di sekitarnya mendukung untuk itu
sehingga orang dengan kepribadian histrionik ini mampu menarik kesan demi
kenyamanan diri sebanyak-banyaknya.
Uniknya, karena keribadian histrionik ini
menuntut suatu trik dan kecerdikan memanipulasi lingkungan maka biasanya
“penderitanya” adalah orang yang memiliki kecerdasan lumayan, pandai berbicara,
memiliki jaringan dan koneksitas, memiliki cukup uang, memiliki strategi
zig-zag dalam hidup dan menduduki strata “elit” di masyarakat. Kepintaran akan
digunakan menciptakan strategi, kepandaian berbicara untuk meyakinkan orang,
koneksitas untuk membuat citra, uang untuk mem-back up situasi, strategi
zig-zag untuk menghindari kejaran pembongkaran fakta. Dan, kedudukan “elit”,
inilah dia yang kebanyakan melakukannya.
Jarang kaum awam, tidak terdidik, orang
miskin, dan rakyat jelata mampu melakukan manipulasi lingkungan atau
bersandiwara demi kepuasan pribadinya. Orang awam tidak mampu bersandiwara dan
biasanya apa adanya, orang tidak terdidik tidak mempunyai kemampuan menemukan
trik dan strategi, orang miskin tidak memiliki uang yang cukup untuk “chek up”
ke dokter (apa lagi dokter Singapura) supaya mendapat surat keterangan sakit.
Juga, orang miskin tidak punya uang untuk pergi umroh supaya terkesan “saleh”
atau setidaknya menunda tuntutan tanggung jawab.
Begitulah, fenomena histrioinik sangat
menggejala dan keberadaannya semakin mendapatkan tempat oleh masyarakat kita
yang note bene juga sebagai masyarakat melodramatik.
B.
TUJUAN
1.
Mahasiswa dapat memahami gejala gangguan kepribadian
histrionik.
2.
Mahasiswa dapat mengetahui gangguan kepribadian
histrionik.
3.
Mahasiswa juga dapat mengetahui tentang bagaimana cara
supaya tidak mengalami gangguan kepribadian histrionik.
C.
RUMUSUSAN
MASALAH
1.
Apa pengertian histrionik ?
2.
Apa gejala gangguan kepribadian histrionik ?
3.
Ciri – ciri gangguan Histrionik ?
4.
Apa penyebab terjadinya gangguan histrionik ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK
Gangguan Kepribadian Histrionik adalah gangguan kepribadian
dramatik, emosional atau tidak menentu yang melibatkan pola emosionalitas yang
berlebihan dan suka mencari perhatian.
Penderita gangguan kepribadian histrionik cenderung mengekspresikan emosi
emosinya secara berlebih lebihan, misalnya memeluk seseorang yang baru saja
dikenalnya atau menangis tak terkontrol saat menonton film cengeng (Pfohl,
1995).
Mereka cenderung congkak, self centered dan merasa tidak nyaman bila
tidak menjadi pusat perhatian. Penampilan dan perilakunya seringkali tampak
menggoda dan mereka biasanya sangat peduli pada penampilannya.
Selain itu mereka secara konstan mencari kepastian dan persetujuan dari
orang lain dan bisa menjadi gusar atau marah bila orang lain tidak
memperhatikan atau memberikan pujian kepadanya.
Penderita gangguan kepribadian histrionik juga cenderung impulsif dan
memiliki banyak kesulitan untuk menunda pujian.
Cognitive style yang terkait dengan gangguan kepribadian histrionik
adalah impresionistik (Shapiro, 1965), yang ditandai oleh adanya kecenderungan
untuk melihat berbagai situasi secara global, hitam dan putih.
Pembicaraannya sering tidak jelas, kurang mengandung detail dan ditandai
dengan hiperbola (Pfohl, 1991). Sebagai contoh, Ketika ditanyai tentang
kencannya kemarin malam, Pat mungkin akan mengatakan pokoknya asyik tetapi
tidak dapat memberikan keterangan yang lebih terperinci.
Gangguan kepribadian histrionik merupakan gangguan
kepribadian dengan karakter emosi yang meluap-luap seperti keinginan untuk
mendapat pujian atau rayuan yang tidak tepat. Gangguan ini berawal dari masa
kanak-kanak hingga menjelang remaja dan terus berlanjut hingga membentuk
gangguan kepribadian dikemudian harinya.
Seseorang dengan gangguan histrionik (HPD) seperti memiliki kehidupan
yang dramatis, terkesan genit, dan memiliki antusias berlebihan. Terkadang
perilaku yang diperlihatkan bisa membuat orang lain terangsang, penderita juga
mudah dipengaruhi orang lain, serta ekspresi emosi yang muncul berlebihan
termasuk dalam berpakaian.
Penderita HPD selalu mencari-cari cara agar mendapat perhatian orang
lain. Hal ini bertujuan untuk memperoleh pengukuhan dirinya. Penderita akan
selalu menanyakan pendapat orang lain mengenai sesuatu yang berkaitan dengan
dirinya, seperti dandanan, cara berpakaian, sampai masalah pribadi lainnya.
Gangguan kepribadian ini bisa dialami pria maupun wanita. Wanita dengan
gangguan HPD cenderung berperilaku sesuka hatinya, kekanak-kanakan, dan sangat
tergantung pada orang lain. Mereka cenderung tidak realistis, fantasinya
berlebihan. Ekspresi emosional yang dangkal saat ia menghadapi distres dan
kesulitan untuk memahami orang lain membuat dirinya sulit dalam mempertahankan
hubungan dengan pasangannya. Bahkan wanita HPD yang memiliki gangguan
kepribadian borderline cenderung akan melukai tubuh atau pura-pura bunuh diri
untuk menarik perhatian pasangan atau orang lain.
Pada pria, pelbagai permasalahan yang dihadapi dapat berupa krisis
identitas diri, impulsif dan gangguan berhubungan dengan orang lain. Masalah
yang kerap dialami pria dengan HPD adalah kecenderungan antisosial, dramatis,
dan tidak mampu bersikap dewasa. Selain itu, pria dengan gangguan ini akan
merasa bersalah terhadap dirinya jika ia tidak sanggup untuk dekat dengan orang
lain.
Pria HPD dengan tendensi antisosial melakukan isolasi diri dan
menghindari hubungan sosial untuk beberapa hari bahkan beberapa tahun saat ia
merasakan ketidaknyamanan atau bila terjadi kesalahpahaman yang membuat dirinya
terusik.
B. GEJALA – GEJALA GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK
1.
Tidak merasa nyaman jika tidak menjadi pusat perhatian.
2.
Bertingkah agar mendapat perhatian, biasanya dengan
berperilaku yang bisa merangsang gairah seksual orang lain.
3.
Bisa mengubah ekspresi emosi dengan cepat atau berpura-pura
dengan tujuan untuk memberikan perhatian pada orang lain.
4.
Konsistensi dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan
penampilan yang mencolok agar menjadi pusatperhatian.
5.
Suka berbohong untuk mendapatkan perhatian orang lain
6.
Sensitif terhadap kritikan dan penolakan.
7.
Mudah frustasi dan tidak mudah puas.
C.
CIRI – CIRI
GANGGUAN HISTRIONIK
Gangguan
kepribadian histrionic digunakan untuk individu yang terlalu dramatis
(mengekspresikan hal emosional secara berlebihan) dan selalu menarik perhatian
kepada dirinya sendiri. Pola ini dimulai pada awal masa dewasa dan hadir dalam
berbagai konteks. Adapun ciri gangguan ini antara lain sebagai berikut:
1.
Individu dengan gangguan ini tidak nyaman atau merasa
tidak dihargai ketika mereka tidak menjadi pusat perhatian.
2.
Penampilan dan perilaku mereka sering melakukan
profokasi secara seksual yang tidak tepat (menggoda).
3.
Ekspresi emosional yang dangkal dan cepat berubah.
4.
Secara konsisten menggunakan penampilanfisik untuk
menarik perhatian kepada diri mereka sendiri.
5.
Individu ini memiliki gaya bicara yang
impresionistik dan kurang rinci.
6.
Individu dengan gangguan ini ditandai dengan
dramatisasi diri, sandiwara, dan ekspresi berlebihan dari emosi.
7.
Memiliki tingkat sugestifitas yang tinggi.
8.
Menganggap hubungannya lebih intim dari realianya.
Individu
dengan gangguan ini akan memiliki kesulitan dalam keintima berhubungan.
Terkadang mereka berusaha menguasai pasangannya dengan manipulasi emosional,
namun dalam keadaan lain mereka sangat bergantung pada pasangannya. Mereka
menuntut untuk diperhatikan secara konstan. Mereka sering mengalami depresi dan
marah ketika mereka bukan pusat perhatian ataupun dalam situasi yang membuat
kepuasannya tertunda.
Sebagian besar terapi yang
digunakan difokuskan pada hubungan interpersonalnya yang bermasalah. Mereka
perlu ditunjukkan bagaimana hasil jangka pendek dari gaya interaksi semacam itu
dapat menimbulkan pengorbanan jangka panjang. Mereka juga perlu diajari tentang
cara-cara yang lebih baik untuk menegosiasikan keinginan dan kebutuhannya.
CONTOH KASUS
Seorang wanita berusia sekitar 20-an tahun dan telah menikah serta
memiliki seorang anak yang masih bayi. Dia dikeluhkan oleh keluarganya karena
seringkali pingsan dan setelah diperiksa ke dokter ternyata tidak di temuakan
gangguan fisik apapun. Ibunya menuturkan bahwa hingga SMP sang anak masih tidur
dengan ayah dan ibunya. Seluruh keinginannya harus dipenuhi, cenderung ”bandel”
namun sangat disayang oleh ayahnya. Sejak kecil, sang anak memang sering
kali terjatuh secara tiba-tiba, namun setelah menikah gejalanya semakin
parah (sang anak menikah karena telah hamil di luar pernikahan). Berkali-kali
sang anak pingsan. Apabila sedikit tersinggung biasanya akn langsung pingsan
dan baru tidak lama kemudian membaik setelah orang-orang di sekitarnya tampak
panik membantu dia.
Tritment yang dapat diberikan yaitu:
a.
Psikoterapi.
Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali tidak menyadari
perasaan mereka yang sesungguhnya; dengan demikian penjelasan dalam (inner
feeling) mereka adalah suatu proses yang penting. Psikoterapi berorientasi
psikoanalisis, baik dalam kelompok atau individual, adalah terapi yang terpilih
untuk gangguan kepribadian histrionik.
b.
Farmakoterapi.
Farmakoterapi dapat ditambahkan jika gejala adalah menjadi sasarannya, seperti
penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan somatic, obat antiansietas
untuk kecemasan dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi.
D.
PENYEBAB
GANGGUAN N HISTRIONIK
·
Biologis
Secara genetis, kemungkinan bahwa ini merupakan sifat yang diturunkan (genetika), lingkungan,
termasuk pengalaman di masa kecil.
·
Psikologis
Sumbangsih kognitif dan pengalaman masa lalu yang suram
menjadi salah satu pemicu lahirnya gangguan ini.
·
Spiritual
Kurangnya mendekatkan diri
dengan Tuhan membuat salah satu dimensi kemanusiaan yang dimiliki manusia
terasa gersang.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa siapa saja berpotensi untuk mengalami gangguan kepribadian. Karena
gangguan kepribadian tidak saja disebabkan oleh faktor genetika (dapat
diturunkan), tapi juga dipengaruhi oleh faktor temperamental, faktor biologis
(hormon, neurotransmitter dan elektrofisiologi), dan faktor psikoanalitik
(yaitu adanya fiksasi pada salah satu tahap di masa perkembangan psikoseksual
dan juga tergantung dari mekanisme pertahanan ego orang yang bersangkutan).
Gangguan
kepribadian histrionik digunakan untuk individu yang terlalu dramatis
(mengekspresikan hal emosional secara berlebihan) dan selalu menarik perhatian
kepada dirinya sendiri.
B.
SARAN
1.
Mahasiswa harus bisa mengontrol sikap emosi yang
meluap-luap supaya tidak terjadi gangguan histrionik.
2.
Mahasiswa harus bersikap dewasa terhadap masalah apapun
yang dihadapinya.
3.
Mahasiswa harus menghindari penyebab sikap yang
berhubungan dengan gangguan histrionik.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Baihaki Mif dkk, Psikiatri Konsep
Dasar dan Gangguan, Bandung: PT. Refika Aditama, 2007.
2.
Durand Mark dan Barlow David, Intisari
Psikologi Abnormal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
3.
S. Nevid Jeffrey, dkk. Psikologi Abnormal.
Jakarta: Erlangga. 2003.
0 komentar:
Posting Komentar