Jumat, 13 Desember 2013

MAKALAH PSIKOLOGI GANGGUAN HISTRIONIK



MAKALAH PSIKOLOGI
GANGGUAN HISTRIONIK

DOSEN : EVI NI’MATUS ZAKIYAH


 




  

Di Susun Oleh :

D/KM/III
Kelompok 4

Nur Setiawati
Yuni Titi Sulistyowati
Ajeng Dian Silviani
Puji Nur Aziz
Achmad Ganang Y

KONSENTRASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA  GLOBAL
YOGYAKARTA




BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG

Dalam istilah awam, kepribadian sering disamakanatau digunakan secara bergantian dengan istilah watak atau karakter dan tempramen, padahal masing-masing berbeda. Watak adalah aspek sosial dari kepribadian manusia, sedangkan tempramen adalah aspek badaniah dari kepribadian. Masin-masing hanyalah salah satu aspek kepribadian, disamping aspek-aspek yang lain vitalitas, hasrat, perasaan, kehendak bakat, intelegensi, dan yang lainnya. Pada umumnya seseorang terganggu kepribadiannya apabila satu atau lebih kepribadiannya telah menjadi sedemikian rupa sehingga merugikan dirinya atau lingkungannya.
Gangguan kepribadian adalah suetu proses perkembangan yang timbul pada mas anak-anak, remaja, dan berlanjut pada mas dewasa. Keadaan ini merupaka pola prilaku yang tertanam dalam dan berlangsung lama, muncul sebagai respon yang kaku terhadap tantangan situasi pribadi dan sosial yang luas.
 Histrionik merupakan gejala kejiwaan. Menurut psikolog, orang dengan kepribadian histrionik akan berupaya menarik simpati dari lingkungan sekitarnya untuk memahami dan mengerti akan dirinya dengan berbagai cara. Cara yang dilakukan biasanya bersifat memanipulasi lingkungan sebanyak-banyaknya sehingga berkesan seperti sesungguhnya terjadi.
Seringkali, pengidap histrionik ini mengeluhkan kelemahan-kelemahannya demi mendapatkan perhatian dan “excuse” dari orang lain. Dengan cara seperti ini maka orang dengan kepribadian histrionik akan mendapatkan kenyamanan dan kepuasan diri. Mengemukakan keluhan penyakit merupakan cara paling ampuh dan mudah ditempuh agar orang lain memberikan “excuse” dan permakluman bahkan bisa turut bersimpati. Akhirnya, orang seperti ini mampu melepaskan tanggung jawabnya sebagaimana yang sering dilakukan orang “elit” yang tengah menerima tuntutan hukum. Orang “elit” ini pertama-tama langsung menyatakan keluhan sakit tertentu sehingga perlu “istirahat” dulu di rumah sakit bila perlu rumah sakit luar negeri. Atau, pergi umroh. Cara ini mujarab karena psikososial masyarakat di sekitarnya mendukung untuk itu sehingga orang dengan kepribadian histrionik ini mampu menarik kesan demi kenyamanan diri sebanyak-banyaknya.
Uniknya, karena keribadian histrionik ini menuntut suatu trik dan kecerdikan memanipulasi lingkungan maka biasanya “penderitanya” adalah orang yang memiliki kecerdasan lumayan, pandai berbicara, memiliki jaringan dan koneksitas, memiliki cukup uang, memiliki strategi zig-zag dalam hidup dan menduduki strata “elit” di masyarakat. Kepintaran akan digunakan menciptakan strategi, kepandaian berbicara untuk meyakinkan orang, koneksitas untuk membuat citra, uang untuk mem-back up situasi, strategi zig-zag untuk menghindari kejaran pembongkaran fakta. Dan, kedudukan “elit”, inilah dia yang kebanyakan melakukannya.
Jarang kaum awam, tidak terdidik, orang miskin, dan rakyat jelata mampu melakukan manipulasi lingkungan atau bersandiwara demi kepuasan pribadinya. Orang awam tidak mampu bersandiwara dan biasanya apa adanya, orang tidak terdidik tidak mempunyai kemampuan menemukan trik dan strategi, orang miskin tidak memiliki uang yang cukup untuk “chek up” ke dokter (apa lagi dokter Singapura) supaya mendapat surat keterangan sakit. Juga, orang miskin tidak punya uang untuk pergi umroh supaya terkesan “saleh” atau setidaknya menunda tuntutan tanggung jawab.
Begitulah, fenomena histrioinik sangat menggejala dan keberadaannya semakin mendapatkan tempat oleh masyarakat kita yang note bene juga sebagai masyarakat melodramatik.









B.     TUJUAN

1.      Mahasiswa dapat memahami gejala gangguan kepribadian histrionik.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui gangguan kepribadian histrionik.
3.      Mahasiswa juga dapat mengetahui tentang bagaimana cara supaya tidak mengalami gangguan kepribadian histrionik.

C.    RUMUSUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian histrionik ?
2.      Apa gejala gangguan kepribadian histrionik ?
3.      Ciri – ciri gangguan Histrionik ?
4.      Apa penyebab terjadinya gangguan histrionik ?



















BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK
Gangguan Kepribadian Histrionik adalah gangguan kepribadian dramatik, emosional atau tidak menentu yang melibatkan pola emosionalitas yang berlebihan dan suka mencari perhatian.
Penderita gangguan kepribadian histrionik cenderung mengekspresikan emosi emosinya secara berlebih lebihan, misalnya memeluk seseorang yang baru saja dikenalnya atau menangis tak terkontrol saat menonton film cengeng (Pfohl, 1995).
Mereka cenderung congkak, self centered dan merasa tidak nyaman bila tidak menjadi pusat perhatian. Penampilan dan perilakunya seringkali tampak menggoda dan mereka biasanya sangat peduli pada penampilannya.
Selain itu mereka secara konstan mencari kepastian dan persetujuan dari orang lain dan bisa menjadi gusar atau marah bila orang lain tidak memperhatikan atau memberikan pujian kepadanya.
Penderita gangguan kepribadian histrionik juga cenderung impulsif dan memiliki banyak kesulitan untuk menunda pujian.
Cognitive style yang terkait dengan gangguan kepribadian histrionik adalah impresionistik (Shapiro, 1965), yang ditandai oleh adanya kecenderungan untuk melihat berbagai situasi secara global, hitam dan putih.
Pembicaraannya sering tidak jelas, kurang mengandung detail dan ditandai dengan hiperbola (Pfohl, 1991). Sebagai contoh, Ketika ditanyai tentang kencannya kemarin malam, Pat mungkin akan mengatakan pokoknya asyik tetapi tidak dapat memberikan keterangan yang lebih terperinci.
Gangguan kepribadian histrionik merupakan gangguan kepribadian dengan karakter emosi yang meluap-luap seperti keinginan untuk mendapat pujian atau rayuan yang tidak tepat. Gangguan ini berawal dari masa kanak-kanak hingga menjelang remaja dan terus berlanjut hingga membentuk gangguan kepribadian dikemudian harinya.
Seseorang dengan gangguan histrionik (HPD) seperti memiliki kehidupan yang dramatis, terkesan genit, dan memiliki antusias berlebihan. Terkadang perilaku yang diperlihatkan bisa membuat orang lain terangsang, penderita juga mudah dipengaruhi orang lain, serta ekspresi emosi yang muncul berlebihan termasuk dalam berpakaian.
Penderita HPD selalu mencari-cari cara agar mendapat perhatian orang lain. Hal ini bertujuan untuk memperoleh pengukuhan dirinya. Penderita akan selalu menanyakan pendapat orang lain mengenai sesuatu yang berkaitan dengan dirinya, seperti dandanan, cara berpakaian, sampai masalah pribadi lainnya.
Gangguan kepribadian ini bisa dialami pria maupun wanita. Wanita dengan gangguan HPD cenderung berperilaku sesuka hatinya, kekanak-kanakan, dan sangat tergantung pada orang lain. Mereka cenderung tidak realistis, fantasinya berlebihan. Ekspresi emosional yang dangkal saat ia menghadapi distres dan kesulitan untuk memahami orang lain membuat dirinya sulit dalam mempertahankan hubungan dengan pasangannya.  Bahkan wanita HPD yang memiliki gangguan kepribadian borderline cenderung akan melukai tubuh atau pura-pura bunuh diri untuk menarik perhatian pasangan atau orang lain.
Pada pria, pelbagai permasalahan yang dihadapi dapat berupa krisis identitas diri, impulsif dan gangguan berhubungan dengan orang lain. Masalah yang kerap dialami pria dengan HPD adalah kecenderungan antisosial, dramatis, dan tidak mampu bersikap dewasa. Selain itu, pria dengan gangguan ini akan merasa bersalah terhadap dirinya jika ia tidak sanggup untuk dekat dengan orang lain.
Pria HPD dengan tendensi antisosial melakukan isolasi diri dan menghindari hubungan sosial untuk beberapa hari bahkan beberapa tahun saat ia merasakan ketidaknyamanan atau bila terjadi kesalahpahaman yang membuat dirinya terusik.

B.     GEJALA – GEJALA  GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK
1.      Tidak merasa nyaman jika tidak menjadi pusat perhatian.
2.      Bertingkah agar mendapat perhatian, biasanya dengan berperilaku yang bisa merangsang gairah seksual orang lain.
3.      Bisa mengubah ekspresi emosi dengan cepat atau berpura-pura dengan tujuan untuk memberikan perhatian pada orang lain.
4.      Konsistensi dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan penampilan yang mencolok agar menjadi pusatperhatian.
5.      Suka berbohong untuk mendapatkan perhatian orang lain
6.      Sensitif terhadap kritikan dan penolakan.
7.      Mudah frustasi dan tidak mudah puas.

C.    CIRI – CIRI GANGGUAN HISTRIONIK
Gangguan kepribadian histrionic digunakan untuk individu yang terlalu dramatis (mengekspresikan hal emosional secara berlebihan) dan selalu menarik perhatian kepada dirinya sendiri. Pola ini dimulai pada awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks. Adapun ciri gangguan ini antara lain sebagai berikut:
1.      Individu dengan gangguan ini tidak nyaman atau merasa tidak dihargai ketika mereka tidak menjadi pusat perhatian.
2.      Penampilan dan perilaku mereka sering melakukan profokasi secara seksual yang tidak tepat (menggoda).
3.      Ekspresi emosional yang dangkal dan cepat berubah.
4.      Secara konsisten menggunakan penampilanfisik untuk menarik perhatian kepada diri mereka sendiri.
5.       Individu ini memiliki gaya bicara yang impresionistik dan kurang rinci.
6.      Individu dengan gangguan ini ditandai dengan dramatisasi diri, sandiwara, dan ekspresi berlebihan dari emosi.
7.      Memiliki tingkat sugestifitas yang tinggi.
8.      Menganggap hubungannya lebih intim dari realianya.
Individu dengan gangguan ini akan memiliki kesulitan dalam keintima berhubungan. Terkadang mereka berusaha menguasai pasangannya dengan manipulasi emosional, namun dalam keadaan lain mereka sangat bergantung pada pasangannya. Mereka menuntut untuk diperhatikan secara konstan. Mereka sering mengalami depresi dan marah ketika mereka bukan pusat perhatian ataupun dalam situasi yang membuat kepuasannya tertunda.
Sebagian besar terapi yang digunakan difokuskan pada hubungan interpersonalnya yang bermasalah. Mereka perlu ditunjukkan bagaimana hasil jangka pendek dari gaya interaksi semacam itu dapat menimbulkan pengorbanan jangka panjang. Mereka juga perlu diajari tentang cara-cara yang lebih baik untuk menegosiasikan keinginan dan kebutuhannya.
CONTOH KASUS
Seorang wanita berusia sekitar 20-an tahun dan telah menikah serta memiliki seorang anak yang masih bayi. Dia dikeluhkan oleh keluarganya karena seringkali pingsan dan setelah diperiksa ke dokter ternyata tidak di temuakan gangguan fisik apapun. Ibunya menuturkan bahwa hingga SMP sang anak masih tidur dengan ayah dan ibunya. Seluruh keinginannya harus dipenuhi, cenderung ”bandel” namun sangat disayang oleh ayahnya. Sejak kecil, sang anak memang sering kali  terjatuh secara tiba-tiba, namun setelah menikah gejalanya semakin parah (sang anak menikah karena telah hamil di luar pernikahan). Berkali-kali sang anak pingsan. Apabila sedikit tersinggung biasanya akn langsung pingsan dan baru tidak lama kemudian membaik setelah orang-orang di sekitarnya tampak panik membantu dia.
Tritment yang dapat diberikan yaitu:
a.       Psikoterapi. Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali tidak menyadari perasaan mereka yang sesungguhnya; dengan demikian penjelasan dalam (inner feeling) mereka adalah suatu proses yang penting. Psikoterapi berorientasi psikoanalisis, baik dalam kelompok atau individual, adalah terapi yang terpilih untuk gangguan kepribadian histrionik.
b.      Farmakoterapi. Farmakoterapi dapat ditambahkan jika gejala adalah menjadi sasarannya, seperti penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan somatic, obat antiansietas untuk kecemasan dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi.

D.    PENYEBAB GANGGUAN N HISTRIONIK
·         Biologis
Secara genetis, kemungkinan bahwa ini merupakan sifat yang diturunkan (genetika), lingkungan, termasuk pengalaman di masa kecil.
·         Psikologis
Sumbangsih kognitif dan pengalaman masa lalu yang suram menjadi salah satu pemicu lahirnya gangguan ini.
·         Spiritual
Kurangnya mendekatkan diri dengan Tuhan membuat salah satu dimensi kemanusiaan yang dimiliki manusia terasa gersang.
BAB III
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa siapa saja berpotensi untuk mengalami gangguan kepribadian. Karena gangguan kepribadian tidak saja disebabkan oleh faktor genetika (dapat diturunkan), tapi juga dipengaruhi oleh faktor temperamental, faktor biologis (hormon, neurotransmitter dan elektrofisiologi), dan faktor psikoanalitik (yaitu adanya fiksasi pada salah satu tahap di masa perkembangan psikoseksual dan juga tergantung dari mekanisme pertahanan ego orang yang bersangkutan).
Gangguan kepribadian histrionik digunakan untuk individu yang terlalu dramatis (mengekspresikan hal emosional secara berlebihan) dan selalu menarik perhatian kepada dirinya sendiri.


B.     SARAN
1.      Mahasiswa harus bisa mengontrol sikap emosi yang meluap-luap supaya tidak terjadi gangguan histrionik.
2.      Mahasiswa harus bersikap dewasa terhadap masalah apapun yang dihadapinya.
3.      Mahasiswa harus menghindari penyebab sikap yang berhubungan dengan gangguan histrionik.










DAFTAR PUSTAKA


1.      Baihaki Mif  dkk, Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan, Bandung: PT. Refika Aditama, 2007.
2.      Durand Mark dan  Barlow David, Intisari Psikologi Abnormal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
3.      S. Nevid Jeffrey, dkk. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga. 2003.

                                                                                                                                   

0 komentar:

Posting Komentar